Resensi Studi Islam Kontempoter
Studi Islam Kontemporer |
Judul Buku: Studi Islam Kontemporer
Penulis: M. Rikza Chamami, MSI
Penerbit: Pustaka Rizki Putra
Tebal Buku: 227 Halaman
Cetakan: Pertama, Desember 2012
Dewasa ini studi Islam seperti kehilangan tajinya. Islam
dinilai tak lagi maju seperti zaman dinasti Abbasiyah dimana saat itu Islam memegang
kendali dunia dengan ilmu pengetahuannya. Tak cukup sampai disitu, studi Islam pun
kini seolah termarjinalkan. Hal itu ditandai dengan adanya dikotomi antara ilmu
agama dan umum. Padahal sejatinya semua ilmu berasal dari Tuhan. Selain itu
Islam tidak hanya sekedar agama namun juga ilmu pengetahuan. Manusialah yang
bertugas mengembangkan ilmu Tuhan guna memaksimalkan tugasnya sebagai Abdullah
dan Khalifatullah.
Melihat fakta yang berbeda 180 derajat dengan masa lalu
membuat Rikza Chamami menulis buku ini. Rikza memandang perlu adanya konstruksi
baru dalam memaknai studi Islam kontemporer. Dimana studi Islam, menurut Rikza dapat
dilakukan dengan nalar teologis dengan perpektif yang beragam, baik normatif,
historis, filosofis dan rasionalis.
Buku ini secara garis besar terbagi menjadi empat
pembahasan: Studi Peradaban Islam, Studi Filsafat, Studi Ruh Sumber Islam, dan Studi
Kawasan. Empat pembahasan ini dirinci menjadi sepuluh bab yang dibahas secara mendetail.
Dimulai dari Studi Peradaban Islam mebahas mengenai Bani Abasiyah. Bani Abasiyah
yang berkuasa selama 508 tahun dengan ilmu dan budaya yang maju akhirnya runtuh
setelah adanya disintegrasi yang kompleks didalamnya.
Studi Filsafat tercermin di bab II, III, dan VI dimana
masing-masing bab dibahas mengenai fenomenologi, materialisme, dan postmodernisme.
Bab II ingin mempelajari Islam dari aspek fenomena pelaksanaan ajaran agama
yang selama ini hanya bersifat normatif. Bab III membahas mengenai filsafat
materialisme yang dibawa oleh Karl Marx dan Frederick Engels serta pengaruhnya
dalam studi agama. Ada hal menarik dibab ini yaitu pendapat keduanya bahwa
manusia yang menciptakan agama, bukan agama yang menciptakan manusia.
Studi Sumber Ruh Islam terdapat di bab IV, V, VII, VIII. Bab
VI berisi tentang sikap skeptis dari orientalis barat yaitu Ignaz Goldziher
mengenai keaslian hadits. Ia menganggap hadits bukan berasal dari Nabi SAW
langsung melainkan karangan ulama. Namun ini membawa hikmah bahwa umat Islam harus
meneliti hadits, sehingga tidak terjebak hanya pada doktrin semata. Bab V
membahas perbedaan metode sumber hukum islam, ahlul hadits dan ahlul
ra’yi yang terjadi karena pengaruh sosio kultural. Bab VII dan VII hampir
sama yakni membahas tentang Al-Qur’an dari sisi cara pemahaman, yakni dengan
tafsir dan hermeneutika. Terakhir, Studi Kawasan terkandung di bab IX dan X
dimana membahas mengenai Islam di Jawa dan peradaban Islam di kawasan Timur
Tengah.
Pembahasan yang terkesan terpisah per bab menjadi daya tarik
tersendiri. Pembaca dibawa memahami per bab dengan cara diberi pendahuluan, isi,
dan kesimpulan dimasing-masing bab. Pembahasannya pun sistematis, sehingga
terkesan masing-masing bab berdiri sendiri namun tetap berhubungan. Hal inilah
yang menjadi kelebihan dari buku ini. Kekurangan dari buku ini terdapat
ketidakurutan bab jika dilihat dari urutan empat pembahasan utama.
Postmodernisme dibahas setelah kritik hadits dan perbedaan madzhab. Artinya
pembahasan sudah masuk ke Studi Ruh Sumber Islam namun setelah itu kembali
membahas filsafat. Di bab postmodernisme sendiri dilihat dari konten hanya
membahas mengenai profil postmodernisme, tidak menyentuh ke islam, sehingga
terkesan hanya membahas salahsatu aliran filsafat.
Secara keseluruhan buku ini layak dibaca. Bagi pembaca dari
kalangan apapun patut membacanya. Hal yang paling membuat menarik dari buku ini
adalah perenungannya. Melalui buku ini kita dibawa untuk merenung dan
memotivasi diri sendiri bahwa Islam harus bangkit dan kembali berjaya seperti
dulu kala.
Resensi Studi Islam Kontempoter
Reviewed by TomiAzami
on
05:58
Rating:
No comments:
mau main balik gimana wong alamatmu gak ada