Pelajaran dari Sebuah Lampu dan Sebilah Pisau
Mendapat pelajaran dari makhluk hidup itu biasa. Mendapat
pelajaran dari manusia itu super biasa. Mendapat pelajaran dari benda mati itu
baru luar biasa. Ini baru aja ane alamin. Kemarin ane banyak sekali mendapat
banyak sekali pelajaran dari benda mati. Salah duanya dari listrik tepatnya
lampu dan sebilah pisau.
Oke ane ane akan coba nyeritain satu-satu aku sayang ibu.
Pelajaran pertama pentingnya lampu.
lampu diambil dari sini |
Kisah bermula ketika ada jadwal kuliah malem. Pertama dalam
sejarah hidup ane. Ane ngerasa kayak kuliah di universitas elit. Padahal
universitas ane mewah, mepet sawah.dan jadwal pertama kuliah malem
diwarnai dengan pemadaman massal diwilayah Jateng DIY. Mungkin ini ulah VOODO,
si musuhnya Bima. Yap seperti yang kita tau episode Bima Satria Garuda lagi
lawan musuh dengan setting tempat PLN. Akibatnya jalan pantura semrawut
total. Berita selengkapnya http://news.detik.com/read/2013/09/03/201916/2348518/1536/penjelasan-pln-soal-padamnya-listrik-di-jateng-diy.
Pemadaman terjadi sejak siang sampai malem. Baru nyala
sekitar pukul 22.30 Waktu Indonesia Bagian Semarang. Akibatnya, kuliah malem
otomomatis ditiadakan, kelas gelap lah buat kuliah. Mau pake lilin? Ntar yang
keliing siapa kalau semua jaga lilin?
Yup, at this point ane baru menyadari kalau kita sudah
terlalu bergantung pada PLN. Jaman sekarang kalau listrik mati semua aktifitas
berhenti. Bahkan yang tadinya pengin boker pun gara-gara listrik mati jadi gak
kepengin boker. Mungkin pup-nya takut kegelapan.
Gak kaya dulu pas jaman bapak ane kecil. Gak ada listrik,
gak ada lampu belajar tetep, ngaji juga tetep. Mati lampu gak jadi alasan buat
gak belajar dan mengaji. Yaiyalah belum ada listrik masuk saat itu. ini yang
membuat ane salut. Banyak orang dulu pinter-pinter padahal belum ada listrik. Tekun
dan semangat adalah kuncinya.
Pelajaran kedua adalah datang dari sebilah pisau dapur.
pict from here |
Pelajaran ini ane dapet sore sebelum kuliah malem. Saat ane agak
sorean makan siang di warung Bu RT. Seperti biasa, turun dari motor ane masuk
warung dan memesan seporsi rames dan es marimas. Nah saat membuat pesenan ane
itulah ane liat jari tengah tangan kiri Bu RT berbalut hansaplast.
Penasaran ane Tanya aja, “asta ne kenang apa bu?” (tangannya
kenapa bu?)
“keperang nang”. (kena pisau nak)
“duh kok iso, ati-ati to bu.” (lha kok bisa, makanya hati-hati bu)
“ya jenenge dolanan peso yo keperang, nek dolanan duit yo korupsi.” (kalau mainan pisau ya tangannya luka, kalau mainan uang ya korupsi)
“keperang nang”. (kena pisau nak)
“duh kok iso, ati-ati to bu.” (lha kok bisa, makanya hati-hati bu)
“ya jenenge dolanan peso yo keperang, nek dolanan duit yo korupsi.” (kalau mainan pisau ya tangannya luka, kalau mainan uang ya korupsi)
Ane cuma ndombloh. Mencerna
apa yang barusan Bu RT katakan.
“kok meneng? bener to nang?” (kok diam saja, bener kan?)
“kok meneng? bener to nang?” (kok diam saja, bener kan?)
Ane Cuma mengangguk sembari tersenyum.
Bener juga. Segala sesuatu mengandung resiko, tergantung bagaimana kita menghadapinya. dan Bu RT menyadarkanku kalau harus enjoy saat menghadapi resiko dari hal yang kita pilih sendiri. Sama kaya Bu RT, beliau terlihat enjoy saja dengan jari tengah berbalut hansaplast, karena memang itulah resiko sebagai pemilik merangkap koki untuk warung sederhananya. singkat tapi keren, dan cukup jleb.
Bu RT juga menyadarku bahwa rakyat sekarang sudah pada
cerdas-cerdas. Kepercayaan rakyat kepada para pemimpin kian terkikis. Meskipun
gak semua pejabat penting korupsi tapi rakyat menganggap semua pejabat sama
saja, semua korupsi, karena pekerjaan pejabat penting Jakarta besinggungan
dengan kebijakan dan uang. Resiko yang paling mungkin apa? Ya korupsi.
***
Kemarin adalah hari yang luar biasa. Hari ini juga luar
biasa. Banyak kejadian yang dapat diambil pelajaran. Mulai dari hal
menyebalkan, menyedihkan, menyenangkan, sampai yang menginspirasi. Ane
bersyukur masih banyak hal bahagia yang ane dapat hari ini. Dan semuanya
terpikir saat dijalan pulang. Ide nulis postingan ini juga muncul pas ane
naik motor saat pulang menuju apartemen kos.
Seperti apa hari ini
yang telah di lewati
Pasti terfikir saat di jalan pulang
Meski ada hal sedih,
ataupun hal yang memberatkan
Tak apa asal yang bahagia lebih
banyak
(Yuuhi Wo Miteiruka)
Hal terpenting bukanlah seberapa keren hari ane berlangsung.
Tapi bagaimana ane berusaha mengambil pelajaran dari segala hal yang terjadi,
yang menjadikan ane lebih baik dari kemarin. Itu yang terpenting.
Pelajaran dari Sebuah Lampu dan Sebilah Pisau
Reviewed by TomiAzami
on
20:27
Rating:
No comments:
mau main balik gimana wong alamatmu gak ada