Hujan
Kata orang hujan itu 1% air 99% kenangan. Tak sepenuhnya
benar, dan tak sepenuhnya salah. Hujan tidak sesederhana itu. Hujan mempunyai
banyak arti.
Hujan adalah moment. Moment isi pisang yang dijual mamang
gorengan.
Hujan dan ngeteh adalah pasangan. Teh yang diaduk pelan. Teh
yang akan selamanya tawar sebelum tercelup senyumanmu. Kata Wiranagara.
Hujan adalah keikhlasan. Keikhlasan mencintai. Aku mencintaimu
seperti derai hujan. Yang ikhlas memeluk
bumi, meski engkau memilih pelangi. Tulis iitsibarani.
Hujan adalah penghapus. Penghapus kenangan yang melekat dan
seolah enggan pergi. Seperti kotoran di wajah akibat debu dan polusi dari usaha
mendapatkan hatinya yang berujung luka.
Hujan adalah penutup. Penutup fakta yang coba engkau
sembunyikan. Seperti kata Charles Chaplin, I
like to walk in rain, so that nobody can see my tears. Atau pepatah lain, I like walking in the rain because no one can
see my ingus.
Bagi budak sajak, hujan adalah saat yang syahdu untuk meracik
kata-kata.
Bagi pelukis, hujan adalah waktu menggoreskan kuas di atas
kanvas.
Bagi tuna asmara, hujan adalah waktu yang tepat untuk
menyandarkan kepala di jendela. Menatap bulir yang jatuh bergilir. Menemani kekosongan
yang terus menghujam kalbu dan angan. Melodi air bertumbuk tanah seolah mengiringi
sayatan luka dari kata menyerah yang kembali terbuka.
Hujan adalah nostalgia. Ingatan masa anak-anak, berlarian
mengejar bola dan jatuh di genangan. Semua ditutup ketika adzan magrib
berkumandang. Untuk mengenang itu, cobalah engkau berdiri di tengah hujan. Niscaya
kamu akan berdiri di huruf J.
sumber gambar: http://www.hdwallpaperscool.com/rain-desktop-wallpaper/
Hujan
Reviewed by Tomi Azami
on
12:05
Rating:
Hiks. Jadi baper gini njir
ReplyDeletengahaha...
DeleteHuruf J ? Payung?
ReplyDelete