Kartun Kancil yang Bijak Mencuri Ide Dongeng Indonesia?

Kalian tahu serial kartun kancil yang bijak? Itu lho, di MNC TV, yang tayang tiap pagi dan sore hari muda-mudi berbusana rapi menyandang kitab suci. Lah ngapa gue jadi nyanyi Suasana di Kota Santri.

Judul aslinya mah “Pada Zaman Dahulu” tapi ceritanya didominasi kancil yang bijak. Kenapa didominasi? Karena sebenarnya tokoh utama seorang kakek yang sering dipanggil Aki. Aki ini suka ngemong dua cucunya, Aris dan Ara.

nih posternya. dari lescopaque.com

Ketika dua cucunya berulah, Aki selalu menasihati dengan cara menceritakan dongeng kancil yang bijak. Setiap mau mulai dongeng, si Aki selalu bilang “pada zaman dahulu….” Itulah kenapa judul serial kartunnya Pada Zaman Dahulu.

Tokoh utama dalam dongeng si Aki ini selalu sama. Kancil. Dia digambarkan sebagai hewan yang cerdik, bijak, trouble-shooter, dan... jomblo.

Kartun kancil yang bijak alias Pada Zaman Dahulu merupakan serial kartun dari Malaysia. Ini adalah kartun ketiga yang masuk ke Indonesia, setelah Upin-Ipin dan Boboiboy. Sama kayak dua kartun sebelumnya, Pada Zaman Dahulu juga penuh pesan moral dan menghibur. Aman dikonsumsi anak-anak dan ibu menyusui.

Genre yang diusung adalah fabel. Cerita yang semua tokohnya hewan yang berbicara dan bertingkah laku layaknya manusia. Premis utamanya, si kancil yang cerdik dalam menghadapi masalahnya sendiri dan masalah para penghuni hutan. 

Kalian agak familiar gak sih dengan cerita itu? apa cuma gue aja yang ngerasa?

Gini deh, Kalau kalian anak 90’an pasti jaman SD pas pelajaran bahasa Indonesia pake buku ini.

Ada yang masih inget beberapa bagian isi buku tersebut? Betul. Ada cerita fabel kaya kancil yang bijak. Ada lirik lagu Lihat Kebunku juga. Dulu gue suka karaokean tuh.

Kalau dilihat-lihat, serial kartun Kancil yang bijak a.k.a Pada Zaman Dahulu –yang lahir di Malaysia- mirip sama cerita-cerita yang berkembang di Indonesia. Tengok beberapa ceritanya. Ada kancil melawan buaya, ayam dan elang, balap lari kancil dan siput, dan masih banyak lagi. Semua itu hampir mirip sama cerita-ceita di buku bahasa Indonesia legenda itu. 

Bedanya disana Budi dan Ani gak terkenal. Apalagi Ibunya mereka berdua.

Nyolong ide orang Indonesia tuh.

Hush! Kita gak bisa menyalahkan mereka memanfaatkan ide orang-orang Indonesia. Kita juga gak etis ngeklaim kalau mereka bikin serial kartun itu pake cerita yang berkembang di Indonesia.

Menurut gue, mereka malah keren. Dengan semangat belajar, berkarya, dan memanfaatkan teknologi canggih mereka bisa bikin sesuatu. Bikin karya yang bisa nancepin karakter pada anak-anak. Mereka bisa mengubah –yang kalau di kita- dongeng sebelum tidur menjadi serial kartun yang bisa dinikmati kapanpun. Kita hanya berhenti di dongeng. Itupun udah jarang banget orang tua yang bacain dongeng sebelum anaknya tidur.

Eh gak berhenti di dongeng aja. Ada lagu juga deng.

Si kancil anak nakal

Suka curi-curi ketimun

Terus liriknya lupa. Kalian tau lagu itu kan? Yah ketahuan umurnya berapa deh.

Jujur pas awal-awal kartun itu nongol, gue sering banget nyeletuk, “beuh kayak cerita di buku bahasa Indonesia tuh.” Atau “idenya nyomot dongeng-dongeng disini nih.”

Itu dulu. Sekarang gue sadar, gak fair banget nilai kayak gitu. Gue gak tahu apa yang terjadi sebelum di produksinya kartun itu. Lagian gue juga gak tahu di Malaysia sono, berkembang fabel kancil yang bijak atau enggak. Siapa tahu, dongeng Kancil yang bijak di Malaysia juga ada.

Seperti quotes Abang Saleh, “Kita kan serumpun.”

Gue juga gak tau apa serial kartun Pada Zaman Dahulu itu emang idenya dari kisah fabel di Indonesia lalu orang-orang sono ngolah dengan ciamik, dan boooom… jadilah serial kartun yang ramah sama anak-anak.

Sekarang persoalan itu ide aslinya dari mana, gak penting lagi. malahan kita kudu terima kasih Malaysia udah nyediain media pembelajaran yang tokcer. Kita tinggal make. Inovasi dan kreatifitas mereka yang mengubah dongeng jadi kartun patut di acungin like dan retweet.

Dalam mata kuliah gue beberapa semester lalu, ada mata kuliah yang namanya Metodologi Pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang cihuy adalah bercerita. Bisa jditambahkan aksesoris pake boneka jari, kardus bekas, kardus baru juga gak papa.

Nah video kartun kayak Pada Zaman Dahulu boleh juga tuh bisa dipake guru, orang tua, atau anak yang udah gede tapi masih seneng nonton kartun. Ya kayak saya gini.

Tujuannya, ngejadiin tokoh dalam cerita sebagai role model buat mendidik anak-anak, pembentukkan karakter, sekaligus hiburan. Jadi terkesan gak menggurui. Lebih ngena juga.

Indonesia juga sama sih sebenarnya, role model-nya hewan juga. Cuma ya itu… isinya rebutan darah suci lah, harimau yang punya sodara lah. Pokoknya isinya drama, drama adu pinalti. 

Kebayang gak ketika di sekolah, anak-anak nyeletuk sama gurunya,

“Bu, saya ingin jadi kaya kancil, yang cerdik dan bijak dalam menyelesaikan masalah.”

“Bagus sekali, nak. Kalau kamu?” Nunjuk anak sebelahnya.

“Saya ingin jadi serigala, Bu, biar bisa ngisep darah suci, biar bisa pelukan mesra sama cewek, biar bisa masuk ingpotaimen.”

*gurunya nelen kapur merek sarjana*

It’s the end of the post. Semoga makin banyak tayangan yang ikut mendidik anak-anak. Syukur-syukur sih kartun yah, lebih mudah ditangkep anak-anak. Syukur-syukur juga bikinan anak negeri. Kaya Adit dan Sopo Jarwo, dan Keluarga Bang Somat. Ya pokoknya tayangan bermutu yang bisa menggeser sinetron di jam prime time, deh.

Terima kasih yang udah nyediain tenaga, mata, dan kuota buat baca postingan ini. Kalau kalian punya keresahan yang sama, monggo diketik di kolom komentar. Siapa tahu orang-orang KPI pada baca keresahan kita.

Capcus cyin.