Kultumnya Ntap Juga Ni (part 2)
Weleh weleh udah dua minggu aja lepas postingan yang
pertama. Padahal postingan kemarin bersambung dan mau ngepost sambungannya.
Kalau ngepost nga sambungannya nanti nga nyambung.
Ini gimana sih. Gara-gara badai tugas uas nih. tapi seperti
kata pepatah, Badai pasti kibordis Kerispatih.
Yap bagi yang belum
baca kultumnya ntap juga ni, ada di sini.
Lanjut yah. Seperti biasa, seingetnya gue aja. Tapi yang
part ini ingetnya banya kok. Gue sempert bikin catatan kecil soalnya.
Pertemuan selanjutnya -yang sebenarnya jauh hari dari hari
ngepost ini- berlanjut dengan konten seperti ini
Segala perbedaan kita dalam memandang fenomena keagamaan
tertentu itu karena cara beragama kita yang berbeda. Ada tiga tipe keberagamaan
kita.
Mistis
Mistis ini adalah model keberagamaan yang membawa kita taqarrub
(mendekatkan diri)kepada Allah. Bulan puasa banyak ibadah, diem di masjid.
Banyak sedekah dan banyak ngaji. One day one jus, dan tiap hari kalau
bisa ganti buah.
Sory sory.
Ada yang komentar, “buat apa ngaji banyak-banyak kalau gak
ngerti maknanya. Lebih baik dikit tapi ngerti makna dan mengamalkan.”
Ya ndak apa-apa to, toh dengan cara mengaji banyak adalah cara
dia mendekatkan diri sama Allah. Biasanya yang komen gini malah jarang ngaji.
Maka, udah lah jangan dikomen dengan nada merendahkan. Itu memang cara beragama
dia. Kita harus hargai itu.
Ideologis
Yang kedua ideologis. Ini tipe beragama yang isinya mencari
justifikasi. Gimana hukumnya anu, gimana hukumnya inu, kalau gini hukumnya apa,
kalau gitu dalilnya mana, apakah kalau berbuat ini bidah gak.
Wis pokoe ketika ada orang melakukan sesuatu selalu ditanya mana
dalilnya. Padahal zaman dimana saat dalil turun dengan sekarang berbeda. Zaman
sekarang itu zaman kontekstualisasi. Orang-orang tipe seperti ini kalau tidak ada
dalilnya kerap menjustifikasi sebuah perkara tidak boleh dilakukan.
Ada
bagusnya ada tidaknya. Bagusnya kalau sesuai jalur dan semua ibadah memang harus dilandasi dalil. Gak bagusnya seringnya
orang-orang yang seperti ini suka
mengejudge keberagamaan orang lain itu salah karena berbeda darinya.
Ilmiah
Yang terakhir adalah ilmiah. Apa itu kok beragama malah
ilmiah? Ya tipe beragama seperti suka mencari makna dari sebuah ritual. Ini
yang perlu dikembangkan. Misal sholat. Sholat adalah ritual dimana sejatinya
memiliki dimensi mengagungkan Allah, bukan mengagungkan pikiran kita, kelompok
kita, pendapat kita. Maka jangan merasa benar sendiri.
Ending sholat itu salam dan nengok kanan kiri. Apa maknanya?
Maknanya kita harus menebar salam dan damai terhadap sekeliling kita. Inilah
makna Islam Kaffah. Yang dimaksud disini adalah ucapan kita dan perbuatan
kita membuat damai, tidak mengandung unsur kebencian. Ditujukan untuk semua
orang tanpa memandang agamanya apa, rokaat tarawihnya berapa, sukunya apa,
pangkatnya apa, akarnya apa, persamaan linearnya apa. (sory sory)
Damai juga berarti tidak menyalahkan orang lain, apalagi
sampai melabeli kafir. Jangan merasa paling alim. Paling bener terus yang lain
salah, yang lain ga sesuai sunnah nabi. Inilah pesan sebenarnya dari sholat.
Makanya ada istilah, puasaku setelah berbuka dan sholatku setelah salam.
Sudahlah jangan berdebat rakaat tarawih, ada qunut atau ga.
Debatlah yang bersifat ilmiah. Sehingga Islam bisa maju. Orang barat sana sudah
bisa ke bulan, masa kita masih sibuk hukum sholat di bulan gimana.
Kurang lebih gitu isinya. Gimana? Gila banget kan? jarang-jarang nih. Gue yang di TKP cuma manggut-manggut kaya mainan dasbor mobil.
Bener juga kata pak ustad.
Ngemeng-ngemeng kalian penasaran ga sama sosok pak ustad
yang ceramah ini.
Kalau nga penasaran ya udah langsung close tab. Tapi
kalau bisa sih penasaran ya. Plis penasaran ya..yaa… udah cape-cape nulis nih,
masa nga dibaca.
Jeng jengg
Buruwan woi
Iya iya
Perkenalkan, Beliau adalah Pak Muhsin Jamil. Fotonya nga
punya wqw. Beliau itu Dekan Fakultas Ushuludin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang.
Yha pantess~
Ibarat ketika ditanya, yang nyetak gol tendanggan bebas
siapa? oh Ronaldo pantess~
Ya udah deh postingan ini gue akhiri. Mayan uga ada
postingan yang berbau Islami, selama ini kan berbau penghiatanan. Eheh kaya sinetron.
Makasih udah mau-maunya
baca, baik part 1 dan part 2. Ataupun yang cuma part 2 atau part 1 aja ngapapa. Yang penting bisa manggut-manggut
kaya gue. Ngerti gaknya urusan nanti yang penting manggut aja. Manggut merah
jambu.
Krik.
sumur gambar: sini
Kultumnya Ntap Juga Ni (part 2)
Reviewed by Tomi Azami
on
14:15
Rating:
Woooo! Ending kultumnya. Gokils. Iya aku penasaran kok, Tom. Mana fotonya? Manaaaaaaa? Kamu jahat ih. Btw tipe yang ideologis kayaknya ada banyak ya. :(
ReplyDeletepecaah!! nga ada. nga foto juga, ya kali lagi kultum gue nyodorin hape. aku kan pemalu dan nga suka pamer2 hape :(
Deleteyaul. sedih. keberagamaan kita kudu dipupuk biar dewasa.
Aku bukan tipe mistis yang harus tahu artinya, gpp belum tahu artinya, suatu saat pasti tahu. Mengaji kan juga bukan melulu soal makna, tapi juga melancarkan bacaan serta sedang mengagungkan-Nya.
ReplyDeleteAku juga bukan tipe ideologis dan paling malas dengan orang tipe seperti ini yang biasanya amat sangat berlebihan. Santai saja!
Tapi bukan juga tipe ilmiah karena malas berpikir terlalu berat 'mengapa harus begini/begiti'.
Tapi di antara ketiga tipe tersebut. Aku seimbang tapi tidak ada satupun yang menonjol.
Anyway, jika berkenan, main-main ke blogku ya.
yoi masing-masing.
Deletesiap bosquu~
ReplyDeleteKira2 FPI melune islam tipe apa Tom?
Tapi kerenlah nyampe dicatet.. insha allah melu kecipretan pahala angger ana Sing maca postingan kiye~
mbuh mz wedi aku nek nyebut merek neng kene. huhh
Deleteaaamiinnn..kena ditodoknya neng malaikat peernah berbuat apik. wqwq