Aku Lupa Caranya Menulis
Aku lupa caranya menulis
Aku tidak ingat bagaimana caranya merangkai kata, merajut
kisah, mengikat cerita agar tidak diajak lari oleh waktu
Otakku mendadak berhenti bekerja ketika ingin menulis. Entah
berapa kali aku mengetukkan jari di atas tuts.
Rutinitas, badan lelah, waktu sempit menjadi alasan klasik
yang selalu hadir. Basi.
“Nanti saja” atau “enaknya rebahan nih” menjadi sumbatan
saat mengikat beberapa kejadian.
Akupun lupa kapan terakhir kali mencium aroma buku. Bermain
ke toko buku. Mencari buku yang telah terbuka segelnya. Lalu berdiri dengan
sesekali mengayunkan salah satu kaki saat pegal mulai mampir. Menyapu pandangan mencari pegawai Gramedoi hanya agar bisa duduk di depan rak. (soalnya dulu pernah ditegur gara-gara duduk di depan rak, hhe hhe)
Aku lupa kapan terkahir kali mengakses perpustakaan.
Mengakses twitter masih menjadi urutan teratas ketika membuka laptop atau
mengaktifkan ponsel.
Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku berkunjung ke
“rumah” teman, menikmati suguhan suguhan cerita yang mereka sajikan. Meninggalkan
jejak. Menanggapi dan bertukar pikiran tentang cerita mereka.
Sampai akhirnya aku tersadar aku tergerus waktu
Desember memasuki pertengahan. Hujan mulai kerap turun dan mencuci motor menjadi hal yang kurasa sia-sia. Biasanya pada bulan Desember, “rumah” berisi semacam kaleidoskop. Menjadi bahan instrokspeksi. Meminta
maaf dan sarana berterima kasih kepada diri sendiri yang sudah berjuang.
Lalu aku melihat deretan arsip di rumah sendiri. Tahun ini
cerita sangat minim. Dan waktu sudah melarikan semua peristiwa yang telah
kulalui.
Bukan waktu yang salah. Aku yang tergilas.
Aku harus berlari mengejar dan berusaha menangkap satu
persatu cerita yang berlalu bersama waktu. Memasukkan ke dalam kotak, agar sewaktu-waktu
bisa kubuka,
lalu aku tertawa. Ternyata aku pernah sekonyol itu.
Lalu aku menangis. Ternyata aku pernah sekecewa itu.
Atau bibir
tersungging bangga, ternyata aku berhasil melewati rintangan besar.
Iya, seperti dulu
Pernah suatu fase dalam hidupku aku bisa menuliskan cerita
baru sepekan sekali. Menghabiskan berjam-jam untuk menumpahkan apa yang ada
di pikiran. Memberi jeda sambil menyesap kopi kemudian membaca ulang. Memperbaiki
kesalahan, menambahkan beberapa bumbu cerita. Jeda sejenak. Baca ulang lalu
posting. Viola. Aku merasa lega
Kini, setidaknya tahun ini deretan draft
hanya sampai draft, sampai lupa di mana aku menyimpannya. Aku hanya merasa aku
pernah nulis tentang suatu kejadian, deh, tapi di mana ya.
Sempat terlintas di pikiranku cara agar selalu ingat untuk
pulang ke “rumah” ini. Menambahkan slogan di judul blog. “Ditulis, Tom, biar gampang ingat.” Hahaha mari kita tertawa bersama, memang itu hanya sebuah slogan. Dan memang
hanya sebatas slogan. Hanya itu. Berhenti sampai di situ. Pengingat buat diri
sendiri malah diri sendiri yang melangggar. Miris.
Ironi di atas ironi
Sekarang, rasanya aku adalah anak 10 bulan yang baru belajar
berjalan. Melangkah dengan tertatih tetapi harus segera bisa berlari agar bisa
mengejar ingatan yang sudah melesat ke depan.
Memulai kembali memang tidak mudah. Aku ingat bagaimana aku
belajar menggerakkan tangan kanan setelah
4 bulan dibalut gipsum saat kelas 4 SD. Persis rasanya seperti itu.
Berusaha mengakrabkan kembali jari dengan tuts keyboard.
Yang penting bertumbuk, deh. Entah jadi cerita atau hanya bualan –seperti
tulisan ini– pembenar tidak adanya peristiwa yang harusnya aku ikat. Untuk aku
kenang sendiri.
Aku harus bisa mengorek kembali memori yang membuatku tertawa, sedih,
bangga, atau kecewa di masa yang sudah terlewat. Lalu aku ikat dalam tulisan untuk aku
tertawakan atau tangisi beberapa waktu ke depan. Maka aku harus segera
beradaptasi dengan kegagapan jari. Tertatihnya jari bersentuhan dengan tuts, rasa semutan pada kaki, leher yang kaku, pantat yang mati rasa, dan punggung yang pegal-pegal.
Belum lagi ada jeda panjang, sambil mengingat apa yang telah
terjadi saat itu. Mengumpulkan ingatan tentang kejadian yang terlewat. Setelah
kejadian ini lalu apa, setelah itu lantas apa. Potongan-potongan itu harus aku
sulam menjadi cerita utuh agar enak aku baca lagi.
Bahkan aku sampai harus memejamkan mata, mengatupkan tangan,
menempelkan tepat diantara dua mata, menyangga dagu, menutupi wajah,
menggoyangkan kaki hanya untuk sekadar mengingat apa yang telah terjadi ketika
itu.
Menuliskan secepat mungkin tanpa memedulikan typo, sumbang
tidaknya kalimat dan paragraf. Lupakan segala ilmu kepenulisan, susunan cerita,
atau petuah Ivan Lanin hanya sekadar agar ada tulisan di layar. Bukan hanya ada
kursor yang berkedip.
Hasilnya, untuk menghasilkan postingan ini saja aku menghabiskan
lebih dari satu setengah jam. Dan jeda hampir seminggu dari pertama kali postingan ini
diketik.
Oh, Tom, kau meninggalkan kebiasan yang susah payah kau
bangun terlalu lama. Ritme yang sudah terbangun beberapa tahun lalu harus
perlahan kau susun kembali. Dan itu tidak mudah, kan?
Kandani og!
Mungkin hal ini bisa dimulai dengan mengubah kalimat pertama di postingan ini
Aku tidak lupa caranya menulis
Aku baru belajar menulis
Aku Lupa Caranya Menulis
Reviewed by Tomi Azami
on
07:43
Rating:
Meskipun mulai jarang ngeblog, tapi kualitas tulisanmu semakin baik, Tom.
ReplyDeleteGara-gara sempat menyinggung Ivan Lanin, saya jadi salah fokus pas baca kata "memerdulikan", itu enggak perlu pakai huruf R. Kata dasarnya kan "peduli". Ehe. Ini ceritanya bukan sok mengoreksi, tapi anggap aja sebagai bentuk peduli. Halah. :D
Sejujurnya, semakin saya tahu tata bahasa, lalu belajar lebih jauh mengenai dunia kepenulisan, itu justru bikin saya takut untuk menulis secara lepas dan bebas lagi. Kangen punya keberanian ketika masih pemula. :(
masa sih, Yog? makasih
Deletewah teliti banget ni. cocok jadi editor penerbit major nih.
oke otw edit. thx~
sama. jaman dulu asal tulis aja, bodo amat apa kata orang, bodo amat bagus nggaknya.
Nah tuh mas gapapa jarang tapi sekalinya muncul, tulisannya wow, dibanding saya gak nulis dan gak wow :v
ReplyDeleteSama dong baru belajar nulis jugaa. Hehehehe. Wah, itu pas kecil kenapa tuh udah kegips gitu? .-.
ReplyDeleteKalo saya sih menulis dengan tentuin temanya dlu mau nulis apa, lalu buat judulnya bagaimana lalu menulis dari judul yang dibuat.. enak sih dan lebih terarah tulisannya mau dibawa kemana ;D
ReplyDeleteBenar sekali gan, saya seperti itu juga gan, terimakasih sudah berbagi cerita gan...
ReplyDeletes1288
download s1288
sabung ayam s1288