Jalan Ini Masih Sama, Hanya Saja Tampak Lebih Ramai
Hal pertama yang saya lakukan setelah
selesai ujian proposal adalah duduk kembali di kursi panas. Membenamkan diri sejenak.
Memandang empat kursi dan meja panjang yang telah kosong. Oke habis ini berarti
ngadep ke empat orang buat revisi. Menghadap dua pembimbing saja gak mudah, ini
empat. Kalau sudah, turun ke lapangan. Tanpa ada wasit yang mengangkat papan.
Selengkapnya soal ujian bisa dibaca di
sini: Ujian Genin, dimulai
Tesis saya berkisah tentang kurikulum
kontraradikalisme. Intinya sih gimana cara ngelawan radikalisme terorisme biar
remaja setingkat SMA gak ikut terseret paham gituan.
Keren kan?
Ya judul itu dikasih diambil dari
saran kaprodi. Saya mengajukan beberapa judul. Lalu cerita bisa ditebak. Ditolak.
Penolakan memang menyakitkan, apalagi kalau ditolak judul tugas akhir, Tidak
sekali dua kali. Lebih menyakitkan dibanding ditolak perempuan. Ya soalnya saya
nga pernah yha~ uwuwuw
Setelah ngadep kaprodi beberapa kali, mungkin
beliau bosan akhirnya tidak lagi kalimat “cari judul lain, yang unik, dan
layak dijadikan tesis” yang terlontar. Pak Kaprodi malah memberi pencerahan, “gimana
kalau kamu neliti tentang radikalisme, dari sisi pencegahan agar tidak ada lagi
remaja yang jadi martir bom. Mencegah
supaya anak tidak memiliki paham radikalisme dalam
beragama.”
Pengin kuberkata ‘pak itu kayaknya terlalu
keren buat saya deh pak.’ Biasanya kalau keren gini lulusnya lama nih.
Seperti lazimnya perempuan (?) saya
menjawab pikir-pikir dulu deh, lalu saya pamit. Keluar ruangan kaprodi menuju
parkiran dan sepanjang perjalanan pulang, saya memikirkan kejadian tadi. Awalnya
pengin ngotot sama judul lain, tapi kata kaprodi judulnya udah terlalu biasa.
Lah pak saya kan emang biasa aja hhhh
Pertimbangan banyak. mending tesis judulnya
wow tapi ada kemungkinan lulus lama. Atau judul yang tingkat wow-nya gak
terlalu tapi cepet lulus. Bisikan lain berkata, kalau kaprodi udah kasih saran
judul dan gak diambil, bisa-bisa ditolak lagi. lama lagi. Ini belum nyampe
dapat pembimbing lho, Tom. Kalau kamu tolak dan cari tema lain, bisa lebih
lama. Kalau ini diterima kan kemungkinan besar judul diterima. Ada tahap yang
terlewat dari ribetnya ngerjain tugas akhir.
banya bisikan bermunculan |
Tentang ribetnya ngajuin judul sampai harus melalui beberapa stage, Baca juga: Tantangan birokrasi
Lagian kalau judul yang diarahin kaprodi ini sekiranya saya gak
bisa, kan ada pembimbing. Tugasnya kan membantai membimbing, dan jadi
tempat diskusi. Harusnya. Yah maskipun terkadang pembimbing juga menjadi
salah satu dari banyak faktor penghambat kelulusan. Kayak misal ditinggal tugas
keluar kota atau keluar negeri. Ya sudah menjadi jalan ninja mahasiswa tingkat
akhir, mengejar pembimbing. Kalau gak dicoba, gak tau hasilnya. Stay positif
mailuf.
Singkat cerita, judul itu saya ambil. (Selengkapnya bisa dibaca disini: Berani gak?) Dan lebih
singkat cerita lagi, saya lulus ujian proposal. Kan udah ada ceritanya di postingan yang ini. Gak usah tepuk
tangan. siapa juga bgst. Tangan tetep pegang mouse atau handphone aja.
Next, pengambilan data dimulai. Persoalan administrasi selalu agak menyebalkan ya. Ribet. Tapi ya dari sudut pandang satunya,
persoalan administrasi itu bikin tertib. Ditambah sikap
‘unik’ narasumber menjadi yaaaa…. Kalau diinget sekarang sih semacam bumbu
dalam ngerjain tesis. Belum lagi nulis hasil yang acakadut, analisis yang nga
tau apaan nih, bimbingan yang nga semulus perut Chu Pat Kai.
Belum lagi sering izin kerja. Menyesuaikan
sikon di tempat penelitian. Bumbunya
banyak yah, kalau di masakan jadi gak enak nih. Puji
Tuhan punya atasan yang ngerti. Alhamdulillah juga, dapat pembimbing yang
sering stay di kampus dan mau ditemuin di rumah. Jadi tau kemana kaki melangkah
ketika bingung akan arah.
Ya kantor polisi lah ya :(
Tidak seperti temannya Tere Liye yang fokus
ngerjain skripsi sampai akhirnya bisa selesai dalam dua minggu, saya mah
ngerjain tesis ya diselingi buka media sosyiel. Masalahnya jadi lupa waktu.
Udah ada niat ngerjain nih, nunggu proses booting lama, buka medsos. Skral
skrol sampai laptop ke mode sleep. Hadehhh
Ya gimana dong, media sosial itu candu
banget. Untung nggak masuk pasal narkoba nih. kalau masuk, saya bisa dapat hukuman lumayan lama nih. Padahal nih
saat skrol lini masa, udah ketahuan bakalan ada yang nyesek di hati. Lihat
temen yang udah pada mapan. Ada yang akan menikah. Ada yang bulan madu. Ada yang
lamaran. Ada yang prewed. Ada yang swafoto sama bayinya malah. Ada yang foto senja. Nah yang terakhir itu saya.
Saat temen udah pada bisa seneng-seneng
dengan gaji mereka yang mulai merangkak, aku masih merangkak di kampus, perpus, lokus penelitian. Saat yang
lain sudah menempuh jalan yang baru, saya masih di jalan yang lama; lika-liku
bimbingan, izin di tempat kerja, janjian sama narsum, referensi yang gak
kunjung ketemu. Jalan yang sama dengan satu setengah tahun lalu, dengan rasa
yang sedikit beda. Hanya saja agak ramai. Ramai dengan pikiran berkelibat di benak. Sesak di
hati. Dan dompet yang tak jua bisa beli merci. Bener gak sih ini jalan ninjaku.
Haha tetep ya quarter life crisis.
Ketika saya melihat postingan temen, rasanya tuh bisa
kayak
otomatis membandingkan dengan kehidupan pribadi. Padahal mah udah banyak yang
bilang. Hidup bukan adu cepat. Tapi adu ketahanan menuju garis finish. Jangan
sampai membuat garis finish sendiri (bunuh diri). Dan setelah menempuh finish,
kita tidak tepar (ada bekal buat hidup setelah finish/mati.)
Padahal juga udah nyimpenin pesan semacam age is just number. And success is not about
material things. Stop comparasion. We all have our own time. Masing-masing
dari kita punya garis waktu sendiri. Tapi hanya Fiersa Besari yang bisa dibaca dan disenandungkan.
hhe hhe garing yha~ penutup macam apa ini |
Semarang, Mei 2017
Jalan Ini Masih Sama, Hanya Saja Tampak Lebih Ramai
Reviewed by Tomi Azami
on
23:43
Rating:
Semangat mas, semoga tesisnya di permudahkan dan berjalan sesuai yang diharapkan iya :-)
ReplyDeleteJadi yang mau dibahas,apa nih? Kok kayak ngalor ngidul ya gue bacanya? Haha. Kayak obrolan-obrolan di warteg-warteg. Haha.
ReplyDeleteBtw gimana kabar tom? Udah lulus?
Banyak banget yang dibahas. Intinya semangat dalam mengerjakan thesis. Semoga hasilnya memuaskan meskipun kecanduan main sosial media. Hehehe... :)
ReplyDelete